A. Adab Membaca Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an adalah membaca
firman firman Allah SWT. dan berkomunikasi dengan-Nya, maka seorang yang
membaca Al-Qur'an seolah olah berdialog dengan Allah. Oleh karena
itu,di perlukan adab yang baik dan sopan di hadapan-Nya.Banyak adab
membaca Al-Qur'an yang di sebut para ulamadi antaranya:
1. Berguru secara musyafahah
Seorang
murid sebelum membaca ayat ayat Al-Qur'an terlebih dahulu berguru
dengan seorang guru yang ahli dalam bidang Al-Qur'an secara langsung. Musyafahah dari kata syafawi
= saling bibir-bibiran,artinya kedua murid dan guru harus bertemu
langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada saat membaca
Al-Qur'an,karena murid tidak akan bisa membaca secara fashih sesuai dengan makhraj (tempat
keluar huruf) dan sifat-sifat huruf tanpa memperhatikan bibirnya atau
mulutnya pada saat membaca Al-Qur'an.Di samping itu banyak lafazh-lafazh
Al-Qur'an yang bacaannya aneh berbeda dengan tulisan umum sebagai mana
bacaan para ImamQira'ah Sab'ah (Qira'ah Tujuh).
Secara lahir Nabi Saw. belajar dengan jibril As. secara langsung atau (Musyafahah ) pada
saat turun ayat, sekalipun secara substansinya yang mengajarkannya
Allah SWT. Demikian juga Nabi belajar pada Jibril pada saat tadarus
setiap bulan suci Ramadhan untuk memeriksa kebenaran bacaan Al-Qur'an (Q.S.Al-Qiyamah :(75) 16-19).
2. Niat membaca dengan ikhlas
Seseorang
yang membaca Al-Qur'an hendaknya berniat baik yaitu niat beribada
karena Allah untuk mencari ridho Allah, bukan mencari ridho manusia (Q.S. Al-Bayyinah (98) : 5)
3. Dalam keadaan bersuci
Di
antara adab membaca Al-Qur'an adalah besuci dari hadas kecil dan
besar,dan segala najis sebab yang di baca adalah wahyu Allah atau firman
Allahbukan perkataan manusia.
(Q.S. Al-Waqi'ah (56) : 79-80)
4. Memilih tempat yang pantas dan suci
Tidak
seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur'an ada beberapa tempat yang
tidak sesuai untuk membaca Al-Qur'an seperti Wc,kamar mandi,di tempat
yang kotordan lain lain.Hendaknya pembaca Al-Qur'an memilih tempat yang
suci dan tenang seperti masjid,mushalla,rumah dan lain lain.Sesuai
kondisinya Al-Qur'an yang suci dan merupakan firman Allah yang maha
suci,maka sangat relevan jika lingkungn pembaca mendukung kesucian
tersebut.karena tempan yang pantas sangat mendukung untuk pembaca maupun
untuk mendengar.
5. Menghadap kiblat dan berpakaian sopan
Pembaca Al-Qur'an di sunnahkan menghadap kiblat secara Khusyu',tenang ,menundukan kepala dan berpakaian sopan Dalam suatu hadist di riwayatkan yang artinya :
Sebaik ibadah umatku adalah membaca Al-Qur'an ( HR. Al- Baihaqi )
Oleh karena itu, jika memungkinkan dan tidak terhalangoleh sesuatu,
alangkah baiknya di laksanakan di tempat yang suci dan menghadap kiblat.
6. Bersiwak ( gosok gigi)
Di
antara adab membaca Al-Qur'an di sunnahkan bersiwak atau gosok gigi
terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur'an,agar harum bau mulutnya dan
bersih dari sisa makanan atau bau yang tidak enak.Sebagaimana yang di
lakukan sebagian ulama (An-Nawawi), dalam bukunya Al-Adzkar .....hlm. 99 ) yang berbunyi : Ya Allah berkahilah aku dalam ( bersiwak)wahai tuhan yang maha pengasih dari yang maha pengasih.
7. Membaca ta'awwudz
Di sunnahkan membaca ta'awwudz terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur'an sebagaimana firmah Allah yang artinya:
Apabila kamu membaca Al-Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk (Q.S An-Nahl (16) : 98 )
Hanya membaca Al-Qur'an saja yang di perintahkan untuk ta'awwudz terlebih dahulu sebelum membacanya.Dengan demikian ta'awwudz hanya di khususkan untuk membaca Al-Qur'an.
8. Membaca Al-Qur'an dengan tartil
Tartil artinya membaca Al-Qur'an dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan Makhroj dan sifat sifatnya sebagaimana yang di jelaskan dalam ilmu tajwid.Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan.(Q.S. Al-Muzammil:(73):4)
9. Merenungkan makna Al-Qur'an
Di
antara adab membaca Al-Qur'an adalah merenungkan arti ayat-ayat
Al-Qur'an yang dibaca, yaitu dengan menggerakan hati untuk memahami
kat-kata Al-Qur'an yang di baca semampunya atau yang di gerakan lidah
sehingga mudah untuk memahami dan kemudian di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Allah befirman di dalam Al-Qur'an yang artinya:
Berkatalah Rasul:" Ya Tuhanku sesungguhnya kaumku menjadikan
Al-Qur'an ini suatu yang tidak di acuhkan". (Q.S. Al-Furqan:(25) :30)
Dalam kaitan ayat ini Syaikh-ul-Islam Ibnu Taimiyah berkata : Barang
siapa yang tidak membaca Al-Qur'an berarti meninggalkannya, dan barang
siapa yang membacanya tetapi tidak merenungkan maknanya berarti
meninggalkannya, dan barang siapa yang membacanya dan merenungkannya
tetapi tidak mengamalkannya berarti meninggalkannya.
Setiap umat
islam seharusnya mempunyai buku penuntun makna Al-Qur'an, minimal
Al-Qur'an terjemahnya untuk di pahami isinya dan bertanya kepada para
ahli jika mengalami kesulitan dalam memahaminya.Sebagian ulama ada yang
berpendapat bahwa membaca Al-Qur'an dengan mushaf
lebih utama dari pada hafalan.Tetapi An-Nawawi berpendapat tidak mutlak
yang penting renungannya, jika dengan hafalan merenungkan maknanya
dengan baik tentu itu lebih baik.
10. Khusyu dan khudhu
Di antara adab membaca Al-Qur'an adalah khusyu dan khudhu. Artinya merendahkah hati dan
seluruh anggota kepada Allah sehingga Al-Qur'an yang di baca mempunyai
pengaruh bagi pembacanya.Ayat-ayat yang di baca mempunyai pengaruh rasa
senang,gembiran dan banyak berharap ketika mendapat ayat ayattentang
rahmat dan kenikmatan. Demikian juga ayat-ayat yang di baca mempunyai rasa takut,sedih dan menangis ketika ada ayat-ayat ancaman.Hadist diriwayatkan ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"bacakan Al-Qur'an padaku!"Aku berkata: Ya Rasulallah bagaimana aku
membacakan atas engkausedang Al-Qur'an di turunkan atas engkau ? Rasul
menjawab : "Ya, sesungguhnya aku senang mendengarnya dari selain
aku".Kemudian aku membaca surat An-Nissa (4): 41
Kemudian beliau bersabda: Cukup aku menoleh melihanya ketika itu kedua mata beliau meneteskan air mata (HR.Al-Bukhari)
11. Memperindah suara
Al-Qur'an
adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus akan lebih menembus
hati. Usahakan untuk memperindah suara dalam membacanya walaupun suara
kita tidak terlalu bagus.Dalam sebuah hadist Rasulullah saw. bersabda:
Hiasi Al-Qur'an dengan suaramu. (HR. Ibnu Hibban)
Hadist lain Nabi bersabda:
Barang siapa yang tidak mendengungkan suara membaca Al-Qur'an maka tidak tergolong umatku (HR.Abu Dawud)
12. Menyaringkan suara
Masalah
menyaringkan suara dalam membaca Al-Qur'an ada beberapa hadist yang
menerangkan keutamaannya,tapi ada juga hadist yang menjelaskan keutamaan
pelan atau perlahan-lahan. para ulama mengkompromikan kedua hadist
tersebut, perlahan-lahan lebih baik bagi orang yang khawatir akan pamer
atau riya. Tetapi jika tidak khawatir demikian, membaca dengn suara jahar (nyaring) lebih utama dari pada pelan (sirri).
Karena suara yang nyaring dapat menggugah hati yang sedang tiduragar
ikut merenungkan maknanya, akan tambah semangat membacanya dan
bermanfaat bagi pendengar lain. Dalam hadist Nabi di jelaskan :
Dari Abu Hurairah Ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak
mengizinkan sesuatu sebagaimana apa yang di izinkan kepada Nabi
saw.,bagus suaranya untuk mendengungkan Al-Qur'an dan mengraskannya.(HR.
Muslim)
Maksud hadist di atas, Allah senang mendengarkan bacaan ahli Al-Qur'an dengan tartil dan suara merdu.
13. Tidak di potong dengan pembicaraan lain
Membaca
Al-Qur'an adalah berdialog dengan Allah,karena Al-Qur'an adalah
firman-Nya.Al-Baihaqi meriwayatkan dalam sebuah riwayat yang shahih,
bahwa Ibnu Umar apabila membaca Al-Qur'an tidak berbicara sehingga
selesai (kitab An-Nazili).
14. Tidak melupakan ayat-ayat yang sudah di hafal
Seseorang
yang sudah hafal Al-Qur'an maupun sebagian, hendaknya tidak sengaja
melupakannya,apa yang sudah hafal di luar kepala hendaknya di simpan
dalam hati jangan di biarkan begitu saja,karena Al-Qur'an lebih cepat
hilangnya di banding unta yang di ikat.Hadist yang di riwayatkan dari
Abu Musa Asy-Asy'ary, Rasulullah bersabda;
Bacalah Al-Qur'an secara terus-menerus, maka demi Dzat jiwa Muhammad
di bawah kekuasaan-Nya. Sesungguhnya ia (Al-Qur'an) sangat mudah lepas
dari pada unta yang ada talinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan
orang-orang yang sengaja melupakan hafalannya di ancam oleh Allah
sebagaimana hadist di riwayatkan Sa'ad bin Ubadah dari Nabi saw.
bersabda:
Barang
siapa yang membaca Al-Qur'an kemudian ia melupakannya, maka ia akan
bertemu Allah besok hari kiamat dalam keadaan sakit lepra. (HR.Abu Dawud
dan Ad-Darimi)
15. Hendaknya menggunakan tangan kanan atau kedua tangan
Di
antara adab membaca Al-Qur'an yaitu ketika membaca hendaknya
menggunakan tangan kanan untuk memegang Al-Qur'an atau kedua tangan
kanan dan kiri, karena itu lebih sopan dari pada kita memegang Al-Qur'an
dengan tangan kiri.
Dari artikel 'Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an — Muslim.Or.Id'
Dari artikel 'Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an — Muslim.Or.Id'
Dari artikel 'Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an — Muslim.Or.Id'
Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an
[1] al-Qur’an adalah Cahaya
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan
menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman.
Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu
kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman,
akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya
Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang
Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya
kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala
kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang
paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu
yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat
manusia, sungguh telah datang kepada kalian keterangan yang jelas dari
Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian cahaya yang
terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah
penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari
kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong
mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju
kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang
yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang
membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan
orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar
darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang
itu -yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat
kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali
dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa
berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
[2] al-Qur’an adalah Petunjuk
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih
bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah,
agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah
mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi
Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali
perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah
memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan
mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan
tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:
- Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
- Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
- Mematuhi perintah,
- Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat
manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian
(yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah,
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya
al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan
lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan
peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi
perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan
penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan
turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para
malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut
nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])
[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta
menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu
perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan
untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai
orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu
perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat
pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik
bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di
surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan
lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan
yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta
mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang
di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru
dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat,
Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain
daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang
kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin
Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara
Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai
gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun
Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])
[6] al-Qur’an dan Hasad Yang Diperbolehkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu
oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang
malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia
berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada
si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”
Dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun
menghabiskan harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang
berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada
si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])
[7] al-Qur’an dan Syafa’at
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])
[8] al-Qur’an dan Pahala Yang Berlipat-Lipat
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu
kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif
satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)
[9] al-Qur’an Menentramkan Hati
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang
beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah,
ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa
tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah
menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di
sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati
manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan
keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)
[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan Umat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di
antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman
kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali
kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada
beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah
beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 14)
[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh as-Sunnah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami
turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada
manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka
mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)
Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13)
Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina
Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil
‘alamin.
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Dari artikel 'Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an — Muslim.Or.Id'